Peserta perjalanan wisata MKKS SMP Tanah Laut ke Loksado terhadap Minggu, 14 Oktober 2018, kurang lebih pukul 11.15 WIT satu per satu menuju rakit bambu atau rafting elo murah yang udah di sediakan untuk berangkat menelusuri sungai Amandit bagian hulu. Penulis tempati rakit bambu bersama bersama Gunawan (Kepala Sekolah SMPN 2 Panyipatan), dan Rakhmadiyanor (Kepala Sekolah SMPN 2 Takisung). Sedangkan yang lain sesuai bersama daftar yang penulis sampaikan bersama pihak pengelola penginapan.
Pada mulanya perjalanan rakit bambu ini melintasi aliran suangi Amandit yang tenang, supaya kita bisa nikmati pemandangan dan pesona alam kurang lebih daerah aliran sungai (DAS) Amandit bersama tenang. Namun, tidak lebih dari satu lama kemudian, rakit bambu perlu melalui riam kecil sungai Amandit yang airnya deras dan penuh bersama bebatuan besar. Kami perlu berhati-hati, sebab bisa saja rakit kita terbalik, dan kita dapat tercebur ke sungai. Meski tidak di dalam airnya, tetapi bisa juga membasahi busana dan peralatan yang dibawa, layaknya handphone, dompet, dan sebagainya.
Satu per satu riam kecil yang banyak di lewati di sungai Amandit ini bisa dilewati. Selepas melintasi riam kecil tersebut, maka lagi rakit bambu terjadi tenang. Saat rakit bambu terjadi tenang inilah kita bisa nikmati dan mengabadikan perjalanan kita bersama kamera handphone atau kemera biasa. Perjalanan bersama rafting ini ikuti arus air yang mengalir ke hilir, atau di dalam bahasa Banjar (Kalsel) dikenal bersama istilah balarut banyu.
Kecepatan perjalanan bersama rafting ini terkait bersama kita sendiri, makin lama cepat didorong, maka dapat rafting dapat cepat jalannya, dan pastinya juga cepat sampai ke tujuan. Namun, kondisi dan penorama alam dan lingkungan di kurang lebih aliran sungai Amandit yang menakjubkan ini amat jarang ditemui, maka pastinya kecepatan rafting kita minta terjadi pelan-pelan, supaya kita bisa nikmati alam yang indah tersebut.
Dalam perjalanan bersama rafting ini terjadi insiden yang menimpa 4 buah rakit bambu atau rafting, juga kelompok penulis. Pertama. Insiden yang menimpa rafting yang ditumpangi oleh H.Ayub, Mehrab, dan Aliansyah.
Ada sebatang bambu yang melintang di jalan sungai, selanjutnya kala di lewati bambu selanjutnya mengenai ketiga penumpang tersebut. Akibatnya tersedia yang kena muka, dan ketiga penumpangnya tercebur ke air, supaya basah semunya, juga handphone, dan sebagainya. Penumpang yang mukanya kena bambu selanjutnya adalah Mehrab, supaya sedikit memar dan kacamatanya juga hilang.
Kedua. Insiden yang menimpa kelompok Agus Darmadi, Agus Riyani, dan Adang HN. Ketika dapat melawati sebatang pohon besar yang juga melintang di sedang sungai, semnatara rakit bambu atau rafting tidak tertangani jalannya, sebab tersedia riam kecil bersama arusnya yang deras. Banyak pula bebatuan besar yang muncul di permukaan sungai, sebab airnya memadai surut. Akhirnya, rafting melintang dan menghamtam batu sungai, selagi itu penumpangnya semapat turun dan menuju pinggir sungai untuk menyelamatkan diri dari terbaliknya rakit bambu atau rafting tersebut.
Ketiga. Insiden yang menimpa kelompok penulis sendiri. Ketika itu udah nyaris sampai ke target akhir atau daerah berlabuh. Tidak disangka setelah belokan, ternyata di depannya tersedia batu besar dan potongan bambu yang memadai besar menghadang kami, supaya kita langsung menghambat bersama memegang bambu besar yang halangi tersebut. Namun, selagi kita bertiga memegang bambu besar tersebut, selagi itu rafting yang kita tumpangi terbalik, dan pada akhirnya penulis dan penumpang lainnya tercebur seluruh ke sungai.
Telpon gengang atau handphone punya Gunawan lepas dan tenggelam, sampai pada akhirnya dicari lebih dari satu waktu. Alhamdulillah, handphone selanjutnya ditemukan. Sementara itu, penulis juga basah kuyub, juga tas gantung kecil yang memuat dompet, hanphone, dan catatan lainnya. Ketika tercebut dan tenggelam, penulis berupaya secepatnya untuk berdiri dan ke luar dari di dalam sungai, supaya tas dan peralatan yang di dalamnya tidak amat terendam air. Segera setelah ke pinggir sungai penulis membuka tas dan memeriksa handphone dan isinya yang lain, apakah basah semuanya. Alhamdulillah, handphone masih bisa hidup, sedang dompet dan isinya juga cuma basah sedikit.
Keempat. Insiden yang menimpa kelompok A.Sairaji, Imelda, dan Hasan. Kejadiannya udah amat dekat bersama target akhir. Ketika itu tersedia yang rela turun duluan dari rakit, tetapi sebab tersenggol rekan pada akhirnya tercebur seluruhnya ke sungai. Namun, insiden selanjutnya tidak menimbulkan hal-hal yang fatal.
Dari 7 (tujuh) rafting yang berpetulang menulusuri aliran sungai Amandit selama kurang lebih 5 km, atau perjalanan selama kurang lebih 1 jam lebih, cuma 3 rafting yang selamat sampai tujuan, tanpa tersedia ganggung yang berarti. Namun demikian, perjalanan menelusiri sungai Amandit bersama rafting ini jadi catatan dan kenangan tersendiri bagi penulis dan kawan-kawan lainnya yang ikut. Petualangan bersama rafting amat berkesan dan penuh bersama tantangan.
Sekitar pukul 13.30 WIT , penulis dan kawan-kawan yang nberpetualang menulusuri aliran sungai Amandit bersama rafting sampai di tujuan. Ada suka dan duka di dalam perjalanan menulusuri aliran sungai Amandit selama kurang lebih 5 km, atau perjalanan selama kurang lebih 1 jam lebih terhadap Minggu, 14 Oktober 2018. Faktor keselamatan memang perlu utama, sebab kita tidak menyadari di dalam perjalanan panjang ini halangan dan rintangannya yang bisa membahayakan diri penumpang rakit bambu atau rafting tersebut.
Keseruan mengukuti berpetualang bersama rafting menelusuri lebih dari satu kecil Sungai Amanadit, yang berada di Loksado, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, memang amat mengasyikkan dan juga penuh tantangan alam yang memadai mendebarkan. Keindahan alam kurang lebih sungai yang di lewati amat mempesona, supaya selagi kurang lebih satu jam di dalam perjalanan terasa sebentar saja. Petualangan yang penuh suka dan duka bersama pakai rakit bambu atau rafting menelusuri Sungai Amandit. Semoga bisa berpetualang lagi dimasa mendatang. Lestarikan alam dan lingkungan.